Oleh: Rio Novianto (29 November 2024)
Beberapa peserta golput pada PILKADA tahun ini, bukan karena tidak mau memilih tetapi jarak rumah yang jauh.
Partai dengan suara terbanyak adalah PDIP yang sebelum tahun 98 namanya PDI. Kedua adalah Golkar, lalu disusul oleh Gerindra. Nama-nama Partai lainnya antara lain PKB, Nasdem, Melihat komposisi di DPR lihat pendukungnya. Ini juga yang menentukan koalisi. Syarat pencalonan presiden harus didukung partai. Syarat minimal perolehan suaranya 20%.
Pemilihan Kepala daerah dan DPR berbeda, kalau DPR biasanya milih partainya karena gak kenal orang-orangnya. Kalau kepala daerah lebih kenal.
Pemenang di Jakarta:
1. PKS (18 kursi)
2. PDI P (15 kursi)
3. Gerindra (14 kursi)
Yang awalnya rival di PEMILU, malah jadi koalisi di PILKADA. Apakah rivalitas tidak sampai PILKADA?
 Tugas partai untuk mencetak kader-kader. Partai mencetak pemimpin-pemimpin untuk bertarung dalam pemilihan.
 Ada aturan, yang bisa mencalonkan mendapat suara minimal 20%. Partai memprediksi apakah kadernya akan menang melawan partai lawan. Daripada lawan, mending berkolisi agar tetap mendapat jabatan.
 Contohnya Demokrat, 20 tahun lebih oposisi kini berkoalisi akhirnya AHY dapat jabatan.
Ada yang berpendapat, kalau seharusnya dana politik full dari pemerintah, Batasan juga ditentukan oleh pemerintah. Jadi sama, fair.
Apakah mungkin Politik main di institusi pendidikan?
 Sangat memungkinkan. Di organisasi pun ada.