DISKUSI PUBLIK “Peran Mahasiswa terhadap Penegakan Demokrasi di Kampus”

Oleh : Izzul Khaq, S.Ag

Pada kesempatan kali ini kita akan ngobrolin soal demokrasi di kampus, kita dihadapkan dengan kondisi Student Government, demokrasi dikampus itu sedang sakit di tataran universitas. Ini adalah positif karena melihat student govermen yang tidak baik baik saja

Pilar salah satunya demokrasi itu adalah pers dan saya melihat Pabelan itu selalu memainkan dalam dunia demokrasi persnya. Dari zaman ke zaman dari era ke era, mungkin teman-teman melihat dari 1908, hari kebangkitan nasional, yang diinisiasi dengan berdirinya Budi Utomo itu adalah upaya penegakan demokrasi di Hindia Belanda.

Mengutip dari Jalaludin Rumi, orang yang mengubah dunia tapi tidak sampai hingga mengubah bangsa dan ia menyesal, seandainya dapat mengubah diri saya, saya mampu mengubah indonesia. Ubahlah lewat Student Government. Kalau teman-teman tidak pernah baca buku ya percuma. Diawali dengan personal teman-teman membaca buku, ini tempat diskusi, tukar pikiran, mari kita perbaiki sgu. Jadi Ir. Soekarno memainkan perannya dengan membaca buku, siapa yang memiki masa kritis maka memiliki peran yang penting. Teman2 harus mempunyai kemampuan kapasistas dan kompetensi punya keinginan dan menjadi bagian yg memperbaiki Student Government. Karena kita belajar, bahwa untuk memiliki kesadaran hari ini, kita harus memiliki kesadaran sejarah. Jas merah, jangan lupakan sejarah. Berangkat dari belajar, iqro, wahyu kita pertama itu membaca.

Nabi Muhammad  mampu berkomunikasi dengan semuanya, semua kalangan. Softskill yg luar biasa di abad 21 yaitu kemampuan softskill komunikatif, gimana semuanya dapat komunikasi biar clear. Jadi untuk kita memiliki tugas atau peran setidaknya memiliki kesadaran sejarah. Berjalan, membaca, bergerak, kesadaran sajarah, kedewasaan, mengkomunikasikan kesemua pihak.

 

Ezat Indra Saputra

Untuk memunculkan value dalam aktivis manusia kita tidak dapat melepas sejarah, untuk menemukan sumber, kita harus menemukan akar. Menganalogikan sebuah sumber, untuk kembali keakar itu cukup sulit. Demokrasi itu mati karena ketidakpercayaan orang-orang yang di atas ke orang-orang umum, tidak ada keterlibatan dan tidak diberikan ruang2 masyarakat umum. Matinya demokrasi, ketidakpercayaan seorang pemegang kuasa atau sistem aktivisme kepada masyarakat umum. Itu yg kadang menyebabkan sekarang demokrasi yang dipertontonkan adalah orang-orang yg memiliki kemampuan influence, kita melupakan hal-hal yg sifatnya layaknya seorang intelektual, kekuasaan itu untuk mematikan demokrasi dengan cara menarik orang yang bisa influnce. Bagaimana citranya untuk menginfluence, bukan obrolan yg cukup membangun nilai demokrasi.

Dari poin itu sebagai aktivis, organisasi mhasiwa, kita tidak bisa lepas atau geli terhadap teman-teman kita yang tidak ikut organisasi, setidaknya memantik orang tentang peran Organisasi Mahasiswa, keterlibatan Organisasi Mahasiswa. Bagaimana minat organisasi itu cukup minim

karena kita menarik diri dari lingkungan-lingkungan yang tidak sesuai dengan kita. Untuk memelihara demokrasi kita kembali ke akar, contohnya seperti ini yg sudah disiapkan teman-teman LPM Pabelan, kita memantik pemikiran untuk memperoleh value Student Government.

Bagaimana demokrasi tetap bertahan, ketika ada bentuk kedewasaan. Sifat toleransi, yg dihadirkan dalam sistem, ada norma-norma baik secara tertulis maupun tidak, norma ini memberikan batasan kita. Kebabasan itu keterbatasan itu sendiri, kita harus berada dalam lingkup cakupan itu. Kembali kita refleksikan ke dalam organisasi. Kembali ke akar, kita kulik kembali norma-norma tertulis apa yg ada di organisasi mahasiswa. Apakah norma ini harus dipahami? Semuanya harus memahami hal itu, harus tau sejarahnya karena nilai-nilainya  harus tau. Kama UMS kalau di AD ART berdiri 16 Juni 2004, kemudian dijelaskan juga sifat kama ums itu transparan adil demokratis.

Sebenarnya menjadi keresahan saya, adalah apa yg menyebabkan Student Government ini tidak menjadi perhatian dari aktivis atau mahasiswa, kenapa Student Government ini dilupakan padahal setiap ormawa hrs punya partisipasi aktif, jadi parsipasi aktif itu harus kita munculkan baik ormawa apapun.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *