Ketergantungan Mahasiswa terhadap Penggunaan AI
Latar Belakang
Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah membawa
dampak signifikan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan tinggi. Mahasiswa kini
semakin mengandalkan AI untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas akademik, mencari
informasi, hingga melakukan analisis data. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arsyad
(2023), penggunaan AI di kalangan mahasiswa mengalami peningkatan yang pesat karena
kemampuannya dalam menyediakan akses dengan cepat ke informasi serta mempermudah
pengolahan data akademik (Arsyad, 2023). Selain itu, studi lain menunjukkan bahwa
mahasiswa yang terpapar teknologi AI cenderung lebih efisien dalam manajemen waktu dan
penyelesaian tugas akademik (Alfina, 2022).
Namun, ketergantungan terhadap AI juga memunculkan tantangan baru. Fahridza (2023)
mengemukakan bahwa ketergantungan ini dapat berdampak pada penurunan kualitas
keterampilan kritis mahasiswa, seperti kemampuan berpikir analitis dan pemecahan
masalah secara mandiri. AI dapat mendorong mahasiswa untuk bergantung pada solusi
otomatis tanpa memahami konsep dasar di balik permasalahan yang dihadapi. Hal ini
sejalan dengan temuan dari Alfina (2022), yang mencatat bahwa penggunaan AI yang
berlebihan berpotensi mengurangi inisiatif mahasiswa untuk melakukan riset manual dan
memperdalam literatur secara mandiri.
Dalam konteks pendidikan tinggi, pemanfaatan AI dapat menjadi pedang bermata dua. Di
satu sisi, AI mendukung efektivitas pembelajaran; di sisi lain, ketergantungan berlebihan
dapat menurunkan kualitas kompetensi mahasiswa dalam jangka panjang. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ketergantungan mahasiswa terhadap
AI mempengaruhi performa akademik dan keterampilan kritis mereka. Penelitian ini penting
dilakukan guna memberikan gambaran yang komprehensif mengenai dampak positif dan
negatif dari penggunaan AI di lingkungan akademik.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana ketergantungan mahasiswa
terhadap penggunaan AI mempengaruhi performa akademik dan keterampilan kritis mereka.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif atau penelitian yang
menggunakan angka mulai dari pengumpulan data hingga campuran hasilnya. Penentuan
responden dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan responden berjumlah 124
orang dengan kriteria, mahasiswa yang menggunakan AI. Instrumen pengumpulan data
menggunakan kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan dengan media Google Form dan
disebar melalui pesan WhatsApp dan story di media sosial lembaga.
Hasil Pembahasan
Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan oleh Litbang LPM Pabelan pada
periode bulan Oktober 2024, responden adalah mahasiswa yang berasal dari
berbagai fakultas dan juga berbagai universitas. Mayoritas responden berasal dari
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan juga Fakultas Ekonomi dan
Bisnis (FEB). Sebagian besar responden merupakan mahasiswa dari Universitas
Muhammadiyah Surakarta (UMS) yaitu sebanyak 64%, sementara yang lain berasal
dari berbagai kampus yang ada di Indonesia.
Dari hasil survey, sebanyak 46% responden sering menggunakan teknologi AI
dalam kegiatan akademik. Persentase responden yang kadang-kadang
menggunakan sebesar 34,7%, sementara 12,9% lainnya jarang menggunakan
teknologi AI. Adapun responden yang selalu dan tidak pernah menggunakan
teknologi AI dalam akademik masing-masing mencakup sebagian kecil dari total
responden. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa meskipun sebagian besar
responden sudah mulai memanfaatkan teknologi AI dalam kegiatan akademik tetapi
masih ada beberapa responden yang jarang atau bahkan tidak pernah
menggunakan teknologi tersebut.
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, platform yang paling sering
digunakan adalah ChatGPT dengan persentase 66,9%. Sementara penggunaan
platform Perplexity sebanyak 10,5% responden. Beberapa platform lainnya, seperti
Google Assistant, Microsoft Word (Editor AI), Humata, Gemini, Gemini AI, Blackbox
AI juga digunakan, tetapi dalam persentase yang lebih kecil. Fenomena ini
menunjukkan bahwa, meskipun penggunaan teknologi AI semakin banyak, namun
pemanfaatan ChatGPT lebih dominan dibandingkan dengan platform lainnya yang
mungkin disebabkan kemudahan akses dan manfaat yang diberikan dalam
mendukung kegiatan akademis.
Dari hasil survey, sebagian responden memiliki tujuan utama menggunakan
AI dalam studi untuk mencari informasi dengan persentase 51,6%. Selain itu, 37,1%
responden memanfaatkan teknologi AI dalam studi untuk menyelesaikan tugasnya,
sementara sisanya menggunakan teknologi AI untuk, belajar konsep baru,
berdiskusi, menyelesaikan tugas h-1 menit DL (deadline atau tenggat waktu),
menemukan inspirasi, mencari referensi studi dan sitasi jurnal. Mayoritas responden
dengan persentase 95,2% mengaku bahwa, merasa terbantu dengan menggunakan
teknologi AI dalam mengerjakan tugasnya. Namun, beberapa responden mungkin
merasa kesulitan dalam menyelesaikan tugas tanpa AI dengan persentase
responden 52,4%, sedangkan yang tidak merasa kesulitan sebesar 40,3%. Selain
itu, 7,3% merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas tanpa bantuan AI. Hal ini
menunjukkan sebagian merasa terbantu dengan adanya teknologi AI. Namun
sebagian lain merasa masih mampu mengerjakan tugasnya tanpa bergantung pada
teknologi AI.
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, mayoritas responden dengan
persentase 52,4% merasa tidak bergantung pada teknologi AI untuk mendapatkan
bantuan dalam studi. Sementara itu, 41,9% merasa cukup bergantung pada AI untuk
membantu studi mereka. Dan sisanya merasa memiliki ketergantungan yang tinggi
pada AI, bahkan sangat tergantung pada AI. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
responden masih mampu dalam melakukan kegiatan studi dan merasa tidak
bergantung pada AI, tetapi ada sebagian responden yang merasa bergantung pada
AI untuk mendapat kemudahan dan bantuan dalam studi tersebut.
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, sebagian besar responden
merasa dengan menggunakan AI kualitas tugas yang dihasilkan terbilang cukup baik
dengan persentase responden sebanyak 78,2%. Sementara, 13,7% responden
merasa kualitas tugas yang dihasilkan dari menggunakan AI adalah sangat baik dan
8,1% responden merasa hasil tugas yang dikerjakan dengan menggunakan AI
adalah kurang baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, teknologi AI mampu
meningkatkan kualitas hasil tugas, meskipun ada sebagian kecil responden yang
merasa kurang dengan hasil tugas yang diperoleh.
Dari hasil survey, sebagian responden dengan persentase 40,3% merasa
bahwa penggunaan AI dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis. sementara,
33,9% lainnya merasa penggunaan AI mungkin dapat mengurangi kemampuan
berpikir kritisnya, lalu sisanya tidak merasa penggunaan AI dapat mengurangi
kemampuan berpikir kritisnya. Di sisi lain, sebagian besar responden dengan
persentase 42,7% merasa lebih percaya diri dalam menyelesaikan tugas ketika
menggunakan bantuan AI, meskipun tidak sepenuhnya yakin mengenai dampak
yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun AI dapat meningkatkan rasa
percaya diri dalam menyelesaikan tugas, tetapi ada kekhawatiran bahwa
penggunaan AI dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis sebagian orang.
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, mayoritas responden merasa
lebih percaya diri menyelesaikan tugas ketika menggunakan bantuan AI dengan
persentase 42,7%, akan tetapi sebanyak 38,7% responden merasa penggunaan AI
mengurangi inisiatif dalam mencari referensi secara manual. Sehubungan dengan
hal ini, sebanyak 37,9% responden merasa penggunaan AI juga mengurangi minat
baca atau literatur. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan AI dalam
menyelesaikan tugas memiliki dampak positif pada peningkatan kepercayaan diri
responden. Namun dalam penggunaannya menimbulkan efek samping berupa
penurunan inisiatif dalam mencari referensi secara manual dan adanya
ketergantungan dalam penggunaan AI mengurangi kebiasaan membaca atau minat
baca pada sebagian responden.
Dari hasil survey, mayoritas responden dengan persentase 61,3% merasa
cukup percaya diri apabila mengerjakan tugas tanpa menggunakan AI. Adapun
responden dengan persentase 25,8% percaya diri apabila mengerjakan tugas tanpa
bantuan AI, sementara 12,1% lainnya tidak percaya diri apabila mengerjakan tugas
tanpa bantuan AI. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi AI hanyalah sebagai alat
memperkuat bukan pengganti utama dalam proses belajar atau mengerjakan tugas.
ketika diberi pertanyaan mengenai pengaruh penggunaan AI terhadap proses
belajar mereka, mayoritas responden merasa AI memiliki dampak yang positif, yaitu
sebanyak 89,5% responden merasa AI dapat memudahkan dalam mencari
informasi, lalu sebanyak 53,2% responden merasa penggunaan AI dapat
meningkatkan efisiensi belajar. Akan tetapi, beberapa responden yang lain merasa
penggunaan AI dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis, membuat mereka
terlalu bergantung pada teknologi, dan membuat mereka malas membaca buku.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa meskipun mayoritas mahasiswa sudah memanfaatkan teknologi AI dalam
kegiatan akademik, masih ada sebagian yang jarang atau tidak pernah
menggunakannya. Kemudian, ChatGPT adalah platform AI yang paling banyak
digunakan karena kemudahan akses dan manfaat yang diberikan. Sebagian besar
mahasiswa merasa terbantu dengan penggunaan AI, terutama dalam
menyelesaikan tugas dan meningkatkan kualitas hasil tugas, meskipun ada
kekhawatiran bahwa AI dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis dan
menurunkan inisiatif mencari referensi secara manual. Sementara itu, mayoritas
mahasiswa merasa tidak sepenuhnya bergantung pada AI dan masih percaya diri
mengerjakan tugas tanpa bantuan AI. Secara keseluruhan, AI dianggap sebagai alat
yang memperkuat proses belajar, memberikan dampak positif seperti efisiensi dan
kemudahan mencari informasi, walaupun tetap memiliki efek samping pada minat
baca dan kemandirian dalam belajar.