Relevansi Kurikulum Pendidikan Pergurun Tinggi terhadap Kebutuhan Industri atau Pekerjaan pada Lulusan Diploma/Sarjana di Jawa Tengah
Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu fokus utama pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan serta kemakmuran masyarakat. Saat ini, dengan perekonomian yang semakin berkembang ke arah mendunia, perusahaan dan industri dihadapkan dengan tuntutan untuk dapat bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional. Oleh karena itu, Indonesia saat ini harus mampu mengoptimalkan SDM (Sumber Daya Manusia) sebagai salah satu aset utamanya.
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia adalah dengan mencari tenaga kerja yang memiliki keterampilan maupun keahlian yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Dunia pendidikan berperan penting dalam hal ini, pendidikan terutama pada perguruan tinggi harus memperhatikan kompetensi yang ada pada dunia kerja untuk dikembangkan dalam perkuliahannya, sehingga mahasiswa memiliki kompetensi yang sesuai dengan ekspektasi dunia kerja.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Kumparan kepada 2.527 orang, terdapat 51,64% atau sebanyak 1.305 orang yang tidak bekerja sesuai dengan jurusannya. Hal ini membuktikan bahwa menentukan karier setelah lulus kuliah bukanlah hal yang mudah. Tak sedikit yang memutuskan untuk banting setir dari jurusan yang dipelajarinya sewaktu menempuh pendidikan tinggi karena persaingan pencari kerja yang ketat. Persaingan kerja yang ketat untuk lulusan perguruan tinggi ini menuntut penyelenggara perguruan tinggi untuk menyesuaikan kurikulum secara berkala agar dapat memenuhi kebutuhan industri. Oleh karena itu, muncul pertanyaan apakah kurikulum pendidikan perguruan tinggi sudah relevan dengan kebutuhan pekerjaan? Relevansi pendidikan ini berkaitan dengan kecocokan antara kemampuan yang diperoleh melalui jenjang pendidikan dengan kebutuhan pekerjaan.
Relevansi kurikulum dengan dunia kerja adalah salah satu prinsip utama dalam pengembangan kurikulum yang bertujuan untuk memastikan bahwa kurikulum yang diterapkan di perguruan tinggi, sebagai lembaga pendidikan formal, memiliki arti. Dengan menerapkan prinsip ini, para lulusan diharapkan akan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dan sejalan dengan kebutuhan dunia kerja, sehingga memudahkan mereka untuk berkontribusi secara efektif di lingkungan kerja. Kurikulum pendidikan perguruan tinggi dikatakan relevan dengan kebutuhan industri apabila mencerminkan perkembangan terkini dalam industri dan teknologi. Selain itu, kurikulum pendidikan harus mengintegrasikan pengalaman praktis seperti magang dan praktek kerja lapangan agar mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu teoritisnya di dunia nyata. Relevansi kurikulum ini juga mencakup aspek softskills seperti kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim. Kolaborasi perguruan tinggi dengan industri juga menjadi salah satu cakupan dalam relevansi kurikulum pendidikan tinggi dengan kebutuhan industri.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kurikulum pendidikan pada pergurun tinggi sudah relevan terhadap kebutuhan industri/pekerjaan pada lulusan diploma/sarjana di Jawa Tengah.
Metode Penenlitian
Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif atau penelitian yang menggunakan angka mulai dari pengumpulan data hingga pamaparan hasilnya. Penentuan responden dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan responden berjumlah 61 orang dengan kriteria, lulusan diploma/sarjana yang berada di Jawa Tengah dan sudah mendapatkan pekerjaan baik part time maupun full time. Instrument pengumpulan data menggunakan kuisioner yang berisi beberpaa pertaanyaan dengan media Google Form dan disebar melalui pesan WhatsApp dan story di media sosial lembaga, serta beberapa base yang berada di Twitter.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan oleh Litbang LPM Pabelan pada periode bulan Agustus 2024, mayoritas responden adalah lulusan sarjana yang berdomisili di Jawa Tengah dengan persentase 92 persen. Survey yang diikuti oleh sarjana atau diploma dari berbagai universitas ini terdiri dari 36 responden (59%) perempuan dan 25 responden (41%) laki-laki dengan usia mayoritas adalah 24 tahun sebanyak 16 persen.
Dari hasil survey, sebanyak 56 persen responden bekerja di bidang yang sudah sesuai dengan jurusan kuliahnya. Meskipun begitu, masih terdapat lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan jurusan kuliahnya yaitu sebanyak 33 persen. Sebagian besar responden bekerja di bidang pendidikan dan pelatihan dengan persentase 24 persen, selain itu terdapat pula responden yang bekerja di bidang food and beverage, konstruksi dan teknik, manufaktur dan produksi, serta seni dan hiburan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa meskipun sebagian besar lulusan berhasil bekerja sesuai dengan jurusan kuliah mereka, masih ada beberapa persen responden yang memilih atau harus bekerja di bidang lain. Fenomena ini mencerminkan bahwa masih ada lulusan sarjana ataupun diploma yang menghadapi tantangan dalam menemukan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang akademis mereka.
Berdasarkan survey yang telah dilakukan, sebanyak 21 persen responden merasa mata kuliah yang dipelajari sewaktu mengenyam pendidikan di perguruan tinggi kurang relevan dengan tugas dan tanggung jawab pekerjaannya saat ini. Salah satu alasannya menurut 39 persen responden adalah keterbatasan pengalaman praktik yang didapatkan di perguruan tinggi. Kemudian, sebanyak 31 persen responden merasa kurikulum di perguruan tinggi tempatnya menempuh pendidikan selalu melakukan pergantian. mayoritas responden yaitu sebanyak 44 persen responden mengatakan pergantian kurikulum ini cukup sering dilakukan.
Dari hasil survey, sebagian besar responden dengan persentase 92 persen mengatakan perguruan tinggi tempat mereka menimba ilmu menyediakan program magang atau praktek kerja lapangan dengan frekuensi yang cukup sering. Program magang cukup penting untuk dilakukan agar mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu teoritisnya dalam dunia nyata. dari hasil riset sebanyak 46 persen responden merasa program magang yang dilakukan oleh perguruan tinggi sangat membantu untuk mempersiapkan mereka dalam dunia industri.
Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan, mayoritas responden dengan persentase 75 persen merasa perguruan tinggi tempatnya menempuh pendidikan memiliki program kolaborasi dengan industri. Sebanyak 33 persen diantaranya mengatakan program ini cukup sering dilakukan. Program kolaborasi dengan industri merupakan salah satu cakupan relevansi kurikulum pendidikan perguruan tinggi terhadap kebutuhan industri, apabila program kolaborasi terhadap industri ini diimplementasikan oleh perguruan tinggi, maka dapat dikatakan perguruan tinggi tersebut relevan dengan kebutuhan industri saat ini. Berdasarkan survey, sebagian besar responden sebanyak 66 persen mengatakan program kolaborasi ini cukup efektif untuk meningkatkan keterampilan yanh dibutuhkan dalam dunia kerja.
Dari hasil riset, mayoritas responden sebanyak 80 persen responden mengatakan kurikulum perguruan tinggi di tempat mereka menempuh pendidikan sudah memuat keterampilan non-teknis yang diperlukan di tempat kerja. Akan tetapi. sebanyak 70 persen di antaranya menganggap keterampilan yang diajakkan di perguruan tinggi cukup berbeda dengan keterampilan yang sebenarnya dibutuhkan di industri. Kemudian, sebanyak 62 persen responden harus mengikuti pelatihan tambahan setelah lulus untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan. Dari hasil riset, bidang yang paling kurang diajarkan di kurikulum perguruan tinggi adalah keterampilan teknis spesifik industri.
Judul : Relevansi Kurikulum Pendidikan dengan Kebutuhan Industri
atau Pekerjaan
Tujuan : Untuk mengetahui apakah kurikulum pendidikan sudah relevan
dengan kebutuhan industry atau pekerjaan pada lulusan diploma/sarjana di Jawa Tengah.
Jenis Penelitian : Kuantitatif
Metode : Survei
Instrument : Kuesioner
Teknik Sampel : Purposive Sample
Populasi : Lulusan Diploma/Sarjana yang berada di Jawa Tengah
Jumlah Responden : 61 Responden